Ruang Lingkup Filsafat ilmu
Apa yang merupakan objek dan ruang lingkup ilmu? Ilmu
membatasi lingkup pada batasan pengalaman manusia juga disebabkan metode
yang dipergunakan dalam menyusun kebenaran yang secara empiris. Secara
ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian yang berada dalam lingkup
pengalaman manusia.
Objek
dari ilmu itu sendiri adalah ilmu merupakan suatu berkah penyelamat bagi umat
manusia. Ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal baik buruk, dan
si pemilik pengetahuan itulah yang mempunyai sikap. Atau dengan kata lain,
netralitas ilmu terletak pada epistemologinya, jika hitam katakan hitam, jika
putih katakan putih; tanpa berpihak pada siapapun selain kebenaran.
Salah
satu sub-bagian dari bagian ini adalah penjelasan tentang pengertian ilmu dan
filsafat ilmu. Dijelaskan bahwa ilmu adalah bagian dari penegtahuan. Ilmu
merupakan pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat
dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara pengetahuan adalah informasi
yang berupa common sense yang belum tersusun secara sistematis baik mengenai
metafisik maupun fisik. Penulisan ini juga menyimpulkan bahwa filsafat ilmu
merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu sehingga filsafat
ilmu perlu menjawab persoalan ontologis (esensi, hakikat, obyek telaah),
epistemologis (cara, proses, prosedure, mekanisme) dan aksiologis (manfaat,
guna, untuk apa).
Pada
makalah ini juga dijelaskan bahwa pengetahuan secara empiris yaitu
pengetahuan yang didapat melalui pengalaman dan terbukti kebenarannya. John
Locke adalah bapak empirisme dengan teori tabula rasanya. Kelemahan dari teori
ini terletak pada kelemahan/keterbatasan indera sebagai pengumpul pengalaman.
Teori yang kedua adalah rasionalisme yang lebih mengutamakan pada kemampuan
akal sebagai dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan
diukur dengan akal melalui kegiatan menangkap obyek. Intuisi adalah salah satu
sumber pengetahuan yang merupakan hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi,
demikian yang dikatakan oleh Henry Bergson. Sumber pengetahuan tertinggi adalah
wahyu yang merupakan penyampaian pengetahuan langsung dari Allah SWT melalui
nabi dan rasul-Nya tanpa upaya, tanpa bersusah payah dan tanpa memerlukan waktu
untuk mendapatkannya. Pengetahuan para nabi dan rasul terjadi atas kehendak
Allah SWT dengan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya jiwa mereka untuk
memperoleh kebenaran melalui wahyu.
Ruang
lingkup filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi.
1. Ontologi ilmu
Ontologi
ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang
koheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat
tentang apa dan bagaimana sebuah kebenaran itu. Paham monisme yang terpecah
menjadi idealisme atau spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan
berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirya menentukan
pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana
kebenaran itu ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
2. Epistemologi ilmu
Epistemologi
ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik
akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang
akan kita pilih. Akal (verstand), akal budi (vernunft) pengalaman, atau
komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud
dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model model epistemologik
seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,
positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula
bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolak
ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu sepadan teori koherensi, korespondesi,
pragmatis, dan teori intersubjektif.
3.Aksiologi llmu
Aksiologi
ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik
ataupun fisik material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh
aksiologi ini sebagai suatu kondisi (condition) yang wajib dipatuhi dalam
kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar