Filosofi Angklung
Menurut Karuhun
Urang Sunda jaman dahulu,kehidupan manusia diibaratkan seperti tabung angklung.
Tabung tersebut mempersonifikasikan manusia itu sendiri. Angklung bukanlah
sebuah angklung apabila ia hanya terdiri dari satu tabung saja. Itu
mengibaratkan layaknya manusia yang tidak dapat hidup sendiri (individu) tetapi
juga menggambarkan bahwa manusia hidup bersosialisasi .
Tak hanya itu,
tabung angklung yang tediri dari tabung besar dan kecil mengibaratkan
perkembangan manusia. Tabung kecil (sebelah kiri) merupakan gambaran manusia
yang memiliki cita – cita dan upaya untuk
menjadi besar (tabung besar – sebelah kanan). Kedua tabung tersebut mempunyai
makna bahwa manusia tahu dan paham akan batasan – batasan dirinya, layaknya
kedua tabung angklung yang dibunyikan beriringan menghasilkan harmonisasi,
manusia pun berjalan beriringan menciptakan keharmonisasian dalam kehidupan
masyarakat.
Angklung, adalah salahsatu jenis alat musik tradisional
Nusantara asal Sunda (Jawa Barat dan Banten) terbuat dari 2 – 3 tabung bambu
atau lebih yang dirangkai menjadi satu dalam satu rangka yang disebut ancak
(frame); cara memainkannya digoyangkan. Setiap 1 buah angklung merupakan 1 not
nada, sehingga untuk memainkan sebuah lagu diperlukan beberapa angklung. —
Untuk ritem (pangiring) minimal berjumlah 4 (seperti dalam kesenian réog dulu
atau pada angklung-Baduy); sementara untuk melodi (panglagu) minimal
berjumlah 8 atau lebih (misal pada kesenian angklung Buncis dari Kabupaten
Bandung).Suatu catatan : Dalam bentuk dan pengertian lain angklung pun terdapat
pada kesenian Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar